Sabtu, 05 Juni 2010

ECOTALK


Inspirasi bisnis, bisa berasal dari wilayah pesisir. Begitu pula Pak Gunawan dari Restoran Baron dan Ibu Hartini dari Kelompok Pengrajin Bandeng Presto Mina Makmur. Mereka berdua merintis bisnis dari wilayah mereka yang berada di wilayah pesisir. 

Seminar Nasional (II)





Pembicara: Prof. Dra. Indah Susilowati, MSc, (Guru Besar FE UNDIP) dan Sumedi Andono Mulyo PhD (Kasubdit Analisa Sosial Ekonomi Reional, Direktorat Pengembangan Wilayah, BAPPENAS)

Moderator: Edy Yusuf (Ketua Jurusan IESP FE UNDIP)

Keynote Speech: Kementrian Kelautan dan Perikanan



Indonesia memiliki 10.666  desa pesisir di lebih dari 300 kabupaten atau kota. Sedangkan populasinya mencapai 16.420.000 jiwa.

Pembangunan Kelautan dan Perikanan hendaknya memiliki prinsip empowerment, yaitu pelibatan masyarakat secara langsung dalam pengembangan ekonomi kawasan pesisirdan entrepreneurship, yaitu menciptakan peluang-peluang usaha baru bagi peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat pesisir.

Mengenai pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir sendiri, pemerintah memfasilitasi msayarakat pesisir dalam mengakses permodalan dan pembekalan serta membantuk usaha skala mikro mandiri yang bankable di kawasan minapolitan. Selain itu, paska pengembangan perlunya pemerintah menyusun kebijakan berupa penerbitan perda (untuk daerah) dan inpres (untuk nasional) mengenai kewajiban kemitraan yang melibatkan usaha skala mikto dan kecil dengan mengacu UU no 20/2006 ttg UMKM. (Prof Dr Ir. Sahala)

SEMINAR NASIONAL 2010






Masih dalam serangkaian kegiatan INDONATON 2010, Sabtu (5/6) di Gedung Dharmawanita Prov. Jateng, Seminar mengenai "Membangun Resistensi Wilayah Pesisir: Pemberdayaan dan Pengelolaan dalam Mendukung Ekonomi Indonesia"berjalan dengan sangat menarik. Adapun yang hadir pada acara ini adalah Kementrian Kelautan dan Perikanan Pusat yang diwakili oleh Prof. Dr. Ir. SAHALA HUTABARAT, MSc  (Kepala Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia, KKP), Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Jateng dan Kota Semarang.

GO GREEN (II)





Masalah abrasi merupakan masalah serius di wilayah pesisir. Begitu pula di daerah Tapak Tugurejo, Semarang. Ketika dua tahun lalu BEM FE UNDIP mengadakan Go Green di tempat yang sama, kondisi wilayah pantainya masih ada dan dapat dikunjungi. Namun, kini pantai yang terlihat indah itu tidak nampak akibat abrasi. Jalan menuju tempat tersebut pun putus akibat tergenang air laut dengan jarak yang sangat dalam. Alhasil peserta diangkut ketengah laut menggunakan perahu dan menanam bakau ditengah laut yang masih terdapat daratan.


GO GREEN di Wilayah Pesisir





Pada Minggu (30/5) lalu, BEM FE UNDIP bersama-sama para mahasiswa, mengunjungi wilayah pesisir di Tapak Tugurejo, Semarang. Kunjungan ke daerah pesisir ini mengawali Serangkaian Kegiatan INDONATION 2010. Di daerah tersebut, mereka melakukan tanam bakau sambil observasi kondisi lingkungan dan masyarakat di wilayah pesisir. Diharapkan dari kegiatan tersebut, para peserta dapat mengetahui kondisi wilayah pesisir terkini, terutama akibat abrasi dan reklamasi pantai dari para pelaku usaha maupun individu yang tidak bertanggung jawab dan ingin selalu untung tanpa memperhatikan wilayah sekitarnya. Di sela-sela penanaman, tampil teater BUIH untuk menampilkan aksi teatrikal.

Senin, 31 Mei 2010

Pamflet Semnas dan Ecotalk

Siaran Indonation di SMART FM


Senin (31/5), crew INDONATION 2010 diajak siaran di SMART FM untuk membahas masalah ekonomi pesisir ini. Dengan didampingi Drs.Nugroho SBM, MSP, acara diskusi on air yang dipimpin oleh mbak Veronika dari SMARTFM berjalan seru. 

Membahas wilayah pesisir di Indonesia dan Semarang pada khususnya memang tidak ada habisnya. Apalagi berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat dan potensi ekonominya. Butuh sinergisitas antara pemerintah, masyarakat, dan investor untuk membahas suatu kebijakan yang dapat dinikmati bersama.

Jumat, 21 Mei 2010

Pagelaran Seni Budaya


Indonesia kaya akan budaya daerahnya. Tidak hanya di wilayah daratan pegunungan, budaya pesisir di Indonesia juga berkembang pesat. Hampir di semua pulau di Indonesia memiliki budaya pesisir, masing-masing tergantung dengan suku budaya yang ada di pulau tersebut.

Misalnya saja dari Aceh, mereka punya tari Seudati, yang artinya syahadat. Pada mulanya tarian seudati diketahui sebagai tarian pesisir yang disebut ratoh atau ratoih, yang artinya menceritakan, diperagakan untuk bersuka ria ketika musim panen tiba pada malam bulan purnama. Selanjutnya di Padang, budaya pesisir yang ada Tari Lagu Duo yang menceritakan Putri Ruduk senantiasa rindu pada sanak keluarganya serta kampung halaman, di wilayah pesisir. Di pesisir utara Jawa Tengah, ada sedekah laut. Tari Gambang Semarang dari Semarang, Tari Angin Mamiri dari Sulawesi Selatan, dan sebagainya.

Adanya berbagai warisan sejarah kepurbakalaan serta eksistensi sosial dan budaya yang unik dan khas ditengah masyarakat, merupakan kekayaan budaya yang memiliki nilai daya tarik tersendiri, sebagai penunjang bagi pengembangan sektor pariwisata.

Peninggalan budaya masa lalu memberikan karakteristik dan kekayaan nilai-nilai budaya yang hingga saat ini dapat dilihat pada pola/tradisi kehidupan masyarakat Wakatobi yang lebih dikenal sebagai masyarakat kepulauan dan pesisir. Sehingga budaya masyarakat yang dimiliki lebih bersifat budaya pesisir (marine antropologis). Eksisting budaya inilah yang memberikan fenomena unik bagi pengembangan pariwisata yang berbasis pada nilai-nilai budaya.


Komposisi Masyarakat Pesisir


Pada umumnya, masyarakat yang berkecimpung dalam industri hasil perikanan dan kemaritiman adalah nelayan. Bedasarkan data kementrian kelautan dan perikanan tahun 2009, jumlah nelayan yang ada di Indonesia sejumlah 2.752.490. Jumlah ini terbagi atas golongan kelompok nelayan, yang diantaranya:

a)       Masyarakat nelayan tangkap, adalah kelompok masyarakat pesisir yang mata pencaharian utamanya adalah menangkap ikan dilaut.  Kelompok ini dibagi lagi dalam dua kelompok besar, yaitu nelayan tangkap modern dan nelayan tangkap tradisional.  Keduanya kelompok ini dapat dibedakan dari jenis kapal/peralatan yang digunakan dan jangkauan wilayah tangkapannya.

b)       Masyarakat nelayan pengumpul/bakul, adalah kelompok masyarakt pesisir yang bekerja disekitar tempat pendaratan dan pelelangan ikan.  Mereka akan mengumpulkan ikan-ikan hasil tangkapan baik melalui pelelangan maupun dari sisa ikan yang tidak terlelang yang selanjutnya dijual ke masyarakat sekitarnya atau dibawah ke pasar-pasar lokal.  Umumnya yang menjadi pengumpul ini adalah kelompok masyarakat pesisir perempuan.

c)       Masayarakat nelayan buruh, adalah kelompok masyarakat nelayan yang paling banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat pesisir. Ciri dari mereka dapat terlihat dari kemiskinan yang selalu membelenggu kehidupan mereka, mereka tidak memiliki modal atau peralatan yang memadai untuk usaha produktif. Umumnya mereka bekerja sebagai buruh/anak buah kapal (ABK) pada kapal-kapal juragan dengan penghasilan yang minim.

d)       Masyarakat nelayan tambak, masyarakat nelayan pengolah, dan kelompok masyarakat nelayan buruh. 

 

Setiap kelompok masyarakat tersebut haruslah mendapat penanganan dan perlakuan khusus sesuai dengan kelompok, usaha, dan aktivitas ekonomi mereka.  Pemberdayaan masyarakat tangkap minsalnya, mereka membutukan sarana penangkapan dan kepastian wilayah tangkap. Berbeda dengan kelompok masyarakat tambak, yang mereka butuhkan adalah modal kerja dan modal investasi, begitu juga untuk kelompok masyarakat pengolah dan buruh. Kebutuhan setiap kelompok yang berbeda tersebut, menunjukkan keanekaragaman pola pemberdayaan yang akan diterapkan untuk setiap kelompok tersebut.

Selain nelayan, masyarakat pesisir Indonesia dalam industi hasil perikanan ini juga menjadi tenaga pengolah dan tenaga pemasar. Untuk tenaga pengolah sebesar 363.980 orang, dan tenaga pemasar sebesar 425.639 orang.

Mengenai kesejahteraan masyarakat pesisir sendiri, tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 37,17 juta penduduk, yang mana berasal dari desa maupun kota. Disini timbul pertanyaan, mengapa dengan kekayaan laut yang begitu melimpah, masyarakat daerah pesisir tidak disejahterakan melalui potensi yang ada.

Program pemberdayaan untuk masyarakat pesisir haruslah dirancang dengan sedemikian rupa dengan tidak menyamaratakan antara satu kelompk dengan kelompok lainnya apalagi antara satu daerah dengan daerah pesisir lainnya.  Pemberdayaan masyarakat pesisir haruslah bersifat bottom up dan open menu, namun yang terpenting adalah pemberdayaan itu sendiri yang harus langsung menyentuh kelompok masyarakat sasaran.

Referensi:

Syarif, Efrizal. 2001. Pembangunan Kelautan dalam Konteks Pemberdayaan Ekonomi Pesisir.

DKP. 2009. Data Masyarakat Pesisir

 

 

Kamis, 22 April 2010

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar yang memiliki 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.000 km, memiliki potensi sumber daya pesisir dan lautan yang sangat besar (Bengen, 2001). Luas wilayah perairan Indonesia sebesar 5,8 juta km2 yang terdiri dari 3,1 juta km2 Perairan Nusantara dan 2,7 km2 Perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) atau 70% dari luas total Indonesia.

Besarnya potensi sumber daya kelautan Indonesia tersebut, potensi sumber daya ikan laut di seluruh perairan Indonesia (tidak termasuk ikan hias) diduga sebesar 6,26 juta ton per tahun, tercermin dengan besarnya keanekaragaman hayati, selain potensi budidaya perikanan pantai di laut serta pariwisata bahari (Budiharsono S., 2001). Di lain pihak, jumlah penduduk yang meningkat cepat beserta intensitas pembangunannya sumber daya alam daratan sudah mulai menipis dan dengan kenyataan bahwa 60% dari penduduk Indonesia (kira-kira 185 juta jiwa) yang dianggap tinggal di daerah pesisir, tidaklah mengherankan bahwa lingkungan pesisir dan laut menjadi pusat pemanfaatan sekaligus pengrusakkan yang tingkatnya sudah cukup parah untuk beberapa daerah tertentu (Anonimous, 1996).

Wilayah pesisir dan lautan Indonesia yang kaya dan beragam sumber daya alamnya telah dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia sebagai salah satu sumber bahan makanan utama, khususnya protein hewani, sejak berabad-abad lamanya. Sementara itu, kekayaan hidrokarbon dan mineral lainnya yang terdapat di wilayah ini juga telah dimanfaatkan untuk menunjang pembangunan ekonomi nasional sejak Pelita I. Selain menyediakan berbagai sumber daya tersebut, wilayah pesisir dan lautan Indonesia memiliki berbagai fungsi lain, seperti transportasi dan pelabuhan, kawasan industri, agribisnis dan agroindustri, rekreasi dan pariwisata, serta kawasan pemukiman dan tempat pembuangan limbah.

Banyak faktor yang menyebabkan pola pembangunan sumber daya pesisir dan lautan selama ini bersifat tidak optimal dan tidak berkelanjutan. Namun, kesepakatan umum mengungkapkan bahwa salah satu penyebabnya terutama adalah perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sumber daya pesisir dan lautan yang selama ini dijalankan secara sektoral dan terpilah-pilah. Padahal karakteristik dan dinamika alamiah ekosistem pesisir dan lautan yang secara ekologis saling terkait satu sama lain termasuk dengan ekosistem lahan atas, serta beraneka ragam sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan sebagai potensi pembangunan yang ada pada umumnya terdapat dalam satu hamparan ekosistem pesisir, mensyaratkan bahwa pembangunan sumber daya pesisir dan lautan secara optimal dan berkelanjutan hanya dapat terwujud melalui pendekatan terpadu dan holistik.

Potensi pembangunan yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan secara garis besar terdiri atas tiga kelompok yaitu: sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resource), sumber daya yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable resource), jasa-jasa lingkungan (environmental service). Pertanyaannya adalah sudah seberapa besar pemanfaatan yang telah digali dari ketiga kelompok sumber daya tersebut. Padahal jika pemanfaatannya dapat dioptimalkan, akan sangat menguntungkan untuk peningkatan produk domestik bruto dan kesejahteraan rakyat.

Menurut perhitungan yang dilakukan oleh Tim CIDA/Bappenas (1998), pada tahun 1987 nilai ekonomi total yang dihasilkan oleh sebelas kegiatan pembangunan (pemanfaatan) sumber daya pesisir dan lautan sebesar 36,6 triliun, atau sekitar 22% dari total produk domestik bruto (PDB). Berbagai kegiatan pembangunan ini merupakan sumber mata pencaharian dan kesejahteraan bagi sekitar 13,6 juta orang, dan secara tidak langsung mendukung kegiatan ekonomi bagi sekitar 60% dari total penduduk Indonesia yang bermukim di kawasan pesisir. Kemudian pada tahun 1990, kontribusi ekonomi kegiatan sektor kelautan tersebut meningkat menjadi Rp. 43,3 triliun, atau sekitar 24% dari total produk domestik bruto (PDB), dan menyediakan kesempatan kerja bagi sekitar 16 juta jiwa (Robertson Group dan PT Agriconsult, 1992). Kenaikan kontribusi ini terutama disebabkan oleh kegiatan minyak dan gas, perikanan, dan pariwisata. Sumber yang dapat diperbaharui terdiri atas: hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun dan rumput laut, sumber daya perikanan laut serta bahan-bahan bioaktif. Sedangkan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable resource) terdiri atas: seluruh mineral dan geologi. Mineral terdiri dari tiga kelas yaitu: kelas A (mineral strategis: minyak, gas, dan batu bara), kelas B (mineral vital: emas, timah, nikel, bauksit, bijih besi dan cromite). Selain sumber daya tersebut masih ada jasa-jasa lingkungan (environmental service) yang dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian negara seperti fungsi kawasan pesisir dan lautan sebagai tempat rekreasi dan pariwisata, penampungan limbah, pengatur iklim, kawasan perlindungan, dan sistem penunjang kehidupan serta fungsi ekologis lainnya. Seharusnya hal tersebut dapat menjadi kekuatan tersendiri bagi negara kita

Hal inilah yang kemudian memacu kami, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro untuk membuat suatu kegiatan yang diharapkan mampu membangkitkan kembali semangat kebangsaan kita, Indonesia. Dengan membentuk berbagai macam acara tersebut. Maka dari itulah, kegiatan ini kami namakan INDONATION--Indonesia is Our Nation 2010 dengan grand tema PEMBERDAYAAN EKONOMI PESISIR DALAM MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN EKONOMI INDONEIA”.

Melalui berbagai macam kegiatan yang sarat akan semangat kebangsaan dalam rangka untuk bersama-sama mewujudkan Indonesia yang mandiri dan memiliki kepribadian. Kegiatan yang terdiri dari talkshow tentang kewirausahaan di wilayah pesisir, lomba-lomba yang tentunya bertemakan tentang ekonomi pesisir, seminar nasional yang akan mengupas perekonomian pesisir itu sendiri, pagelaran seni budaya yang menampilkan kesenian khas daerah pesisir sampai dengan penerbitan buletin jepit yang akan meliput segala macam kegiatan selama acara INDONATION tersebut berlangsung.

Open Now

:: SELAMAT DATANG ::

Selamat datang di blog INDONATION BEM FE UNDIP.

Indonesia is our Nation - INDONATION merupakan suatu bentuk kepedulian mahasiswa Indonesia, terhadap kondisi aktual bangsa.